Friday, December 29, 2006

Salam Kenal

Assalamualaikum wr wb.
Salam Sejahtera Untuk Kita Semua.

Orang tua saya dengan suka cita memberi nama saya Tubagus Hanafi Soeriaatmadja. Nama yang lumayan panjang dan sering memberi kerepotan ketika bepergian ke luar negeri karena kata "Tubagus" tidak boleh dimasukkan ke dalam passport. Nama "Tubagus" bisa disejajarkan dengan "Raden" di Jawa maupun "Andi" di Makassar. Sebuah gelar kebangsawanan Banten yang di Jakarta tidak memberi makna apa-apa kecuali menunjukkan asal suku.

Saya bersyukur gelar tersebut tidak bermakna apa-apa, karena kalau gelar kebangsawanan digunakan sesuai definisinya, maka itu hanya menjadi sarana pembeda dari sahabat-sahabat saya yang kebetulan "bukan bangsawan" yang banyak sekali yang jauh lebih cerdas, lebih haus pengetahuan, lebih sadar akan pentingnya kemakmuran sosial, dan lebih profesional dari saya. Ini menunjukkan bahwa mereka jauh lebih beriman Islam dari saya yang -- untungnya tidak bangga -- menggunakan gelar bangsawan. Dan kita semua tau bahwa hanya kualitas ibadah lah yang menjadi alat ukur Allah SWT dalam menilai derajat mahlukNYA. But anyway, saya tetap menggunakan nama yang diberikan orangtua saya demi menghormati mereka.

Guru dan teman saya dengan alasan penghematan energi cukup memanggil saya dengan: Hanafi.

Dalam mencari rejeki Allah, saya memiliki perusahaan yang bergerak di bidang:
  1. Konsultasi Manajemen Sumber Daya Manusia,
  2. Produksi iklan, film pelatihan, film dokumenter, company profile, dll. Istilah teknisnya: Rumah Produksi,
  3. Penyelenggaraan seminar, turnamen golf, dll yang bahasa londo nya: Event Management
  4. Kedepannya InsyaAllah saya akan masuk ke dalam bisnis syariah dan content sms/3G yang berhubungan dengan ke-3 kompetensi usaha saya

Saat ini, sambil menjalankan bisnis, saya kembali ke bangku kuliah untuk mengambil S2 di bidang Ekonomi Islam di Universitas Indonesia. Dan -- Subhanallah -- disinilah saya memperoleh ilmu yang tiada bandingannya dengan MBA yang saya peroleh dari Monash University di Australia maupun MM yang saya raih di IPMI Indonesia. InsyaAllah akan ceritakan dalam posting selanjutnya.

Lalu ngapain saya bikin blog di tengah kesibukan saya yang menggunung? Ini semua karena umur saya sudah mencapai kepala 4 dan ingin sekali dikategorikan "cerdas" dalam definisi Imam Ghazali. Beliau mengatakan bahwa orang yang cerdas adalah yang meyakini akan bertemu dengan Allah SWT kelak, dan mempersiapkannya secara serius di dunia ini. Nah, salah satu amal yang pahalanya tidak akan terputus -- bahkan sesudah kita mati -- adalah ilmu yang bermanfaat. Saya berharap posting saya akan dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi sahabat-sahabat pembaca sekalian sehingga tabungan akhirat saya bisa semakin bertambah dan InsyaAllah membuat saya semakin siap untuk setiap saat dipindahkan oleh Yang Maha Pengasih ke alam barzakh.

Okey? Segitu dulu salam kenalnya, InsyaAllah kita bisa ngobrol lebih banyak dalam posting-posting berikutnya ya?

Wassalamualaikum wr wb.

Hanafi

4 comments:

Citarayani said...

Pertamax!!Wah akhirnya di launch juga nih blog hehe..

Welcome to the bloggers world ya pak. Selamat addicted to blog ye :P Semoga blog baru ini bisa mencerahkan kita semua :-)

Tubagus Hanafi said...

Thanks ya Irma, saya tunggu komentar-komentar kamu yang sangat insightfull untuk kita semua. Salam

Mursalin said...

Hen Hao ! Jos Gandos !

Pak, saya ada satu cerita dari negeri Tiongkok :
Jaman dahulu kala, di sebuah dusun di pinggir hutan tinggalah seorang kakek tua renta dengan seorang cucu-nya. Pada suatu hari sang cucu merengek-rengek kpd kakek-nya untuk diberikan seekor kuda. Secara kebetulan 3 hari kemudian berbondong-bondong datang 3 ekor kuda liar ke rumah sang kakek, bukan main senangnya sang cucu. Demikian juga tetangga2x disekitar rumah mereka, yang kemudian datang ke rumah kakek tsb sambil mengucapkan selamat kpd sang kakek atas kebahagiaan yang diperolehnya. Namun kakek tsb balik bertanya kpd mereka "Darimana kalian tahu bahwa mendapatkan kuda-kuda ini adalah suatu kebahagiaan ?". Sang cucu saking senangnya langsung mencoba menunggangi kuda liar tsb, apa daya, dia langsung terjatuh hingga kaki kanannya patah. Tetangganyapun berdatangan lagi & mengucapkan belasungkawa atas musibah tsb. Lagi2x sang kakek bertanya "Darimana kalian tahu, kalau ini merupakan suatu musibah ?". Tidak lama kemudian terjadi perang saudara di negeri itu, semua anak muda diminta untuk menjadi tentara oleh negara. Namun karena cucu kakek tsb patah kakinya, maka ia terbebas dari aturan negara tsb.

Inti dari cerita ini adalah :
Kita harus yakin & harus selalu mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah SWT, adalah yang terbaik bagi kita; walaupun hal itu tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan keinginan kita karena :
Kita tidak akan pernah tahu; apa yang akan terjadi pada kita; 1 detik, 1 menit, 1 jam, 1 hari kemudian.

Alhamdulillah, sy telah diberi nikmat oleh Allah SWT dengan mendapatkan Saudara seperti Pak Hanafi yang telah banyak memberi contoh dan panutan buat saya.

Bos,
Kita pernah berteman,
Bersahabat,
Bahkan Lebih,
Kita adalah Saudara.

Wassalam.

Nb :
Lagi proses End of Year nih Bos. Mungkin selesai nanti jam 5 pagi. Alhamdulillah sy menikmatinya.

Tubagus Hanafi said...

Shie shie Pak Mursalin,

Subhanallah kisah Tiongkoknya bagus banget. Dan memang seharusnya kita senantiasa bersyukur setiap detik akan segala nikmat yang diberikan Allah SWT. Dan Pak Mursalin beserta seluruh teman-teman Ekonomi Syariah di UI merupakan nikmat luarbiasa yang patut selalu saya syukui karena telah banyak merubah pola pikir seorang kapitalis bernama Hanafi.

Boleh dong di blog antum nanti diperbanyak kisah-kisah Tiongkok yang mencerahkan. Apalagi yang bisa mengantar kepada nilai-nilai Islami.

Selamat belajar untuk UAS ya boss..

Wassalamualaikum