Saturday, January 13, 2007

Libur Telah Tiba

Libur telah tiba..
Libur telah tiba..
Hatiku gembira..

Demikian bait lagu Tasya yang sedari pagi saya senandungkan dan kelihatan sangat mengusik ketenangan teman-teman di kantor. Demi menjaga kesehatan telinganya dari gangguan nyanyian yang mirip kaset rusak itu, Bang Olo karyawan saya yang asli Batak namun lebih sering berlogat Jawa itu pun akhirnya bertanya.
"Mau liburan ke mana Pak?"
Saya tertawa senang, karena sejak pagi saya susah payah menyanyi, baru 4 jam kemudian ada yang memperhatikan saya. Kasihan betul.
"Nggak kok Bang.. saya senang karena Ujian Akhir Semester sudah selesai, dan saya sekarang libur panjang.."
"Wah selamat pak.. liburannya mau diisi kegiatan apa?"
"Hmm apa ya?" Saya agak tidak siap menjawab pertanyaan yang menyamakan status saya dengan anak-anak saya yang masih duduk di bangku SD. "Bagaimana kalau saya isi dengan membuat proposal proyek syariah, mendesain konsep iklan baru, menyusun rencana thesis, dan menyusun konsep buku syariah?"
Bang Olo tampak cemas. Karena itu berarti akan ada tambahan pekerjaan baginya.
"Kapan bapak mulai kuliah lagi?" Pertanyaan yang menunjukkan kenaikan status dari cemas menjadi takut.
"Pertengahan April mungkin.."
Bang Olo terlihat mulas.
"Nggak lah Bang.. paling sebulan lagi. Pertengahan Februari lah.." Lanjut saya sambil ngakak. Nggak tega saya melihat wajahnya yang pucat seperti orang terkena diare. Dan Bang Olo pun batal ke toilet. Mulasnya mendadak sembuh.
"Oh begitu.. Ok Pak, selamat menikmati liburan kuliah.. kalau perlu bantuan, saya siap membantu" Ujarnya mantap. Saya tertawa melihat optimisme kerjanya yang sempat lenyap itu sudah kembali lagi.

Bang Olo pun kembali tenggelam dengan kesibukannya. Lamat-lamat terdengar suara merdu laki-laki asal Medan itu menyanyikan lagu Tasya dengan lirik versinya sendiri:

Untung cuma sebulan..
Untung cuma sebulan..
Hatiku gembira..

Selamat liburan untuk teman-teman angkatan-10 program pasca sarjana ekonomi syariah Universitas Indonesia..

Sunday, January 7, 2007

Film yang Halalan Thoyiban (Halal dan Baik)

Menu sayur dan buah-buahan jelas halal dan thoyib bagi saya. Tapi menu tongseng dan sate kambing (alamaak enaknya..) untuk manusia berusia kepala 4 seperti saya bisa masuk kategori halal dan tidak thoyib. Ya maklum lah di usia ini biasanya orang sudah akrab bergaul dengan kolesterol dan asam urat. Dan kolesterol itu karibnya stroke dan penyakit jantung (nauzubillah). Tapi teman saya yang rajin olah raga, tidak merokok dan banyak minum air putih, menu nasi goreng kambing kebon sirih Jakarta bisa disantapnya tiap hari walau sudah kepala 4. Baginya, menu kambing tetap halalan thoyiban karena pola hidup sehatnya yang membuatnya jauh dari kolesterol dan asam urat. Lha saya, walau tidak merokok, kalau disuruh olah raga itu mualesnya minta ampun. Jadi saya lebih memilih mengurangi makan kambing daripada olah raga (hmm prioritas yang agak kacaw ya?)

Dalam menonton film, ternyata ada juga rumus halalan thoyibannya. Untuk soal halal, kita cukup melihat tema sentral film tersebut. Bila tema sentralnya adalah mengeksploitasi sex, ghibah, atau hal-hal yang merusak aqidah ya jelas makruh atau haram.

Tapi bagaimana soal thoyib? Nah, sebelum tau thoyibnya, kita harus tau termasuk kategori penonton macam apakah kita ini? Menurut pengamatan saya (tanpa riset ilmiah ya..) ada beberapa kategori, yaitu penonton yang:

  1. Menonton semata untuk hiburan dan melupakan rutinitas hidup. Tidak perduli dengan isi cerita dan kualitas film sebagai sebuah produk seni. Habis nonton, biasanya kalau ditanya: ”gimana filmnya?” jawabnya: ”yaa gitu deh..” lalu langsung mengalihkan topik seperti ”Eh, mau makan di mana sekarang? Laper nih gue..”.
  2. Menonton sebagai hiburan, tapi percaya dengan isi cerita walau tidak masuk akal. Bahkan ada juga yang mencoba meniru beberapa adegan dalam film tersebut. Ketika saya nonton film Rambo dulu, sekeluarnya dari bioskop saya berjalan dengan membusungkan dada dan tangan terkepal. Saya berjalan seperti Rambo yang siap menembak dan menghajar siapa saja. Badan kekar Rambo seperti menempel di tubuh saya. Saya betul-betul merasa seperti atlit bina raga, walaupun lebih cocok sebagai atlit bina rangka saking kurusnya. Sehabis nonton ”Berbagi Suami” saya sempat dengar komentar seorang ibu gemuk pada suaminya di bangku belakang saya ”Tuh, poligami gak ada untungnya kan? Makanya jangan macem-macem..” saya menengok ke belakang dan nyengir kuda. Si suami yang bertubuh kurus membalas dengan nyengir masam dan memelas. Bagus mana nyengirnya? Ya mending nyengir kuda dong.. paling nggak lebih pede lah dari yang memelas.
  3. Menonton film sebagai produk seni. Karenanya cerita tidak terlalu berpengaruh pada kehidupan penontonnya karena dianggap produk. Berhubung saya juga bergerak di bisnis film dokumenter, maka saya masuk kategori ini. Menonton karena cari hiburan sambil cari ide. Sering saya membuat catatan ketika nonton. Sampai-sampai ada penonton disebelah saya bertanya sekenanya: ”Mas, mahasiswa IKJ yang lagi bikin skripsi film ya..”. Padahal kalau dia memperhatikan dengan seksama postur tambun dan tampang babe-babe dengan rambut putih yang saya miliki, pasti dia gak nanya seperti itu (mungkin karena bioskopnya gelap kali ya?). Ya demi sopan santun saya jawab sekenanya: ”Nggak Mas, saya lagi ngerjain tugas OSPEK.. maklum mahasiswa baru..” Dan si penanya pun langsung terlihat kapok untuk bertanya lebih jauh lagi.

Nah, kalau kita masuk kategori 1 & 3, maka kita cukup bebas memilih tema film. Termasuk horor misalnya. Karena isi film tidak akan mempengaruhi kehidupan kita. Tapi bila kita masuk kategori 2, maka kita harus pandai-pandai memilih film. Penonton kategori 2 yang penakut tentu tidak akan menonton film horor karena film tersebut akan membuat dia susah tidur dan menjadi tambah penakut. Penonton kategori 2 tentu akan menonton film-film Islami semacam Kiamat Sudah Dekat atau Rindu Kami Padamu sehingga mudah menjalankan pesan-pesan religiusnya. Penonton kategori 3 tentu akan mudah berperilaku seperti kategori 2 untuk film-film religius. Namun penonton kategori 1, Wallahualam. Soalnya saya pernah ketemu teman (yang masuk kategori 1) sehabis nonton film Kiamat Sudah Dekat. Ketika ditanya kesannya soal film Deddy Mizwar itu, jawabnya standar ”Ya, gitu deh.. Eh lu rambutnya kok makin trondol sih?”

Kesimpulannya, kalau kita adalah penonton kategori 2 yang penakut, maka film horor menjadi tidak thoyib. kalau kita penonton kategori 2 yang boros, maka film-film yang menonjolkan gaya hidup hedonis tentu menjadi tidak thoyib. Karena itu, biasakan membaca resensi sebuah film sebelum menonton. Dari sana kita bisa mengukur apakah film tersebut merupakan film yang thoyib untuk kita.


Wallahualam Bissawab

Saturday, January 6, 2007

Potret Otak Semester Dua

Ujian sekolah bisa disamakan dengan neraca perusahaan. Kalau neraca adalah potret kekayaan yang dimiliki perusahaan pada satu waktu tertentu, maka ujian adalah potret otak kita tentang pengetahuan terhadap sebuah mata kuliah pada tanggal tertentu.

Minggu lalu saya mulai menjalankan UAS semester 2 di Ekonomi Islam UI. Otak saya dipotret untuk mata kuliah: Ayat & Hadts Perekonomian, dan Fiqh Muamalah. Hasilnya nggak bisa diprediksi euy.. kayaknya sih mirip tampang saya waktu SMP. Penuh lubang jerawat disana sini. Hari ini kalau saya lihat potretnya, pasti lubangnya makin besar.. karena udah banyak content yang saya lupa..

Hmm, jadi apa tujuan mengadakan ujian kalau akhirnya toh dilupakan?

Tanya Kenapa.. Tanya Kenapa..

Pocong 007

Apa persamaan film Pocong 2 dan Casino Royale nya 007? Jawabnya adalah: plot yang luar biasa ! Penuh kejutan dan susah ditebak akhirnya.

007 sejak awal sudah full action dan baru di akhir cerita ketahuan siapa yang menjadi master mind penjahatnya. Plot ceritanya memenuhi teori skenario H Misbach Yusa Biran tentang kejutan (surprises).

Dalam buku Teknik Menulis Skenario Film Cerita, beliau mengatakan bahwa: Rasa Surprise muncul kalau yang terjadi di luar dugaan. Unsur terpenting dalam terbentuknya dampak surprise adalah adanya unsur “duga”. Unsur duga penonton ada yang sudah otomatis ada, sebagai kelaziman, ada yang harus dibentuk dulu. Dalam 007, kita sebagai penonton digiring untuk menuduh si mata darah sebagai master mindnya. Ternyata salah! Lalu kita dikejutkan dengan fakta bahwa teman 007 yang berada di montenegro ternyata juga penjahat, walaupun bukan dia mastermindnya. Tau-tau kita kembali dikejutkan bahwa orang yang sangat dekat dengan 007 ternyata memiliki peran kunci dalam kejahatan ini. Wiih, full of surprises!!

Yang juga saya suka adalah karakter 007 yang lebih manusiawi dan masuk akal. Agen rahasia top ini ditampilkan dengan karakter dingin (tidak humoris dan aristokrat ala British seperti biasanya) sehingga karakter ini bisa lebih masuk akal untuk menjadi pembunuh berdarah dingin ketika menjalankan tugasnya. Kerennya lagi, 007 sekarang ternyata punya “rasa” sehingga bisa jatuh cinta pada seorang wanita (yang biasanya hanya menjadi obyek zinah saja).

Tapi siapa sangka film Pocong 2 juga bisa membuat saya terkejut-kejut dengan plot nya? Biasanya film-film horror Indonesia mudah sekali ditebak gaya menakut-nakutinya. Tapi Pocong 2 cukup kreatif dalam menampilkan kejutan-kejutan dan adegan yang menyeramkan. Walaupun ada beberapa adegan Pocong 2 terilhami dari film Shutter dan The Eye, saya tetap melihat orisinalitas tim kreatif film ini dalam mengangkat ide-idenya. Saya suka banget dengan cara film ini membuat credit title di depan. Adegan orang berkelahi dengan suara gedebak gedebuk, lalu blep! gelap, sepi dengan title judul, lalu adegan gedebak gedebuk lagi, lalu blep! gelap, sepi dengan title sutradara dst. Jadi dari awal sudah meneror penonton. Yang paling seru sih ketika Maya -- sang tokoh utama -- dibuka mata batinnya sehingga bisa melihat alam halus. Penampakannya ditampilkan dengan dahsyat dan dijamin membuat bulu kuduk berdiri. Porsinya juga gak berlebih-lebihan. Ibarat makanan -- kata Bondan Winarno -- pas banget di lidah. Mak nyuuus...

Saya juga sangat kagum dengan Monty Tiwa sebagai penulis skenario dan editornya. Kenapa? Karena Monty juga terlibat dalam penulisan skenario film Denias dan Mendadak Dangdut. Dari tema horor, pendidikan sampai musik, Monty bisa menunjukkan kelasnya sebagai penulis skenario top karena film-film tersebut cukup banyak mendapat pujian kritikus film . Dalam Mendadak Dangdut bahkan Monty juga mencipta lagu dan menulis lirik. Pasti pernah dengar Jablay kan? Ya itu lah salah satu karyanya.

Salut deh untuk Monty,

Salut juga untuk penonton Indonesia,

Maju perfilman Indonesia!

Monday, January 1, 2007

Tahun Baru di Republik Paranormal

5 hari sebelum tahun baru masehi ini, saya iseng-iseng men-scan acara-acara TV untuk melihat acara-acara yang menampilkan prediksi kondisi politik & ekonomi Indonesia 2007. Ada beberapa acara yang menayangkan diskusi dengan pakar ekonomi & politik dalam melakukan prediksi. Tapi lebih banyak lagi acara yang menggunakan paranormal sebagai narasumber! MasyaAllah.

Ada tiga kemungkinan mengapa paranormal lebih memiliki daya jual dibanding pakar ekonomi & politik:
  1. Masyarakat kita memang lebih percaya pada yang berbau mistik dalam memprediksi sesuatu
  2. Paranormal bisa diminta memprediksi apa saja, termasuk hal-hal yang tidak bernilai tambah secara ilmu tapi bernilai jual seperti: peruntungan artis, perceraian artis, dll
  3. Pakar ekonomi & politik lebih sering salahnya dibanding benarnya

Point ke-3 di atas, bisa disanggah dengan argumen bahwa paranormal juga sering banyak salahnya dibanding benarnya. Kalau pakar salah memprediksi sih normal-normal saja, namanya juga prediksi. Lagian pakar kan bukan Tuhan.

Tapi berdasarkan jumlah acara TV yang cukup banyak menampilkan tema misteri & gaib, saya merasa point 1 & 2 lah yang menjadi alasan meningkatnya tingkat permintaan terhadap paranormal dalam mengisi acara-acara menjelang tahun baru. Dan ini menyedihkan, karena kedua point di atas jelas dilarang agama. Islam melarang kita untuk percaya pada ramalan-ramalan dukun mengenai hal-hal yang gaib. Apalagi hal-hal yang sudah jelas merupakan rahasia Allah seperti: jodoh dan kematian.

Kalau kita menggunakan kacamata Makosyid Syariah (MS) dalam menilai gejala di atas, maka jelas bahwa percaya pada ramalan paranormal & berghibah (bergosip) akan merusak agama. Mempercayai ramalan paranormal pun akan menghancurkan akal karena dalam mempercayai ramalan seseorang tidak bisa menggunakan logika/pikiran yang selalu ditekankan oleh Allah & RasulNYA. Islam adalah agama bagi orang-orang yang berpikir. Gamblangnya, acara-acara TV yang menghadirkan paranormal dan berghibah soal rumah tangga selebritis adalah tidak sesuai dengan MS dan karenanya bisa dianggap keputusan bisnis yang buruk (bagi pembuatnya) dan keputusan mencari hiburan yang buruk (bagi pemirsanya). Buruk artinya tidak akan memudahkan kita untuk bertemu Allah SWT di surga kelak.

Sedih juga ya melihat cara berpikir bangsa kita ini.. semoga bangsa ini termasuk pembaca dan saya diberikan kekuatan oleh Allah untuk mampu menjauhkan diri dari ramalan paranormal dan ghibah.

Suka tidak suka, kemarin saya merasa melewati pergantian tahun baru masehi di sebuah negeri yang lebih pantas disebut sebagai Republik Paranormal.

Salam.