Saturday, January 6, 2007

Pocong 007

Apa persamaan film Pocong 2 dan Casino Royale nya 007? Jawabnya adalah: plot yang luar biasa ! Penuh kejutan dan susah ditebak akhirnya.

007 sejak awal sudah full action dan baru di akhir cerita ketahuan siapa yang menjadi master mind penjahatnya. Plot ceritanya memenuhi teori skenario H Misbach Yusa Biran tentang kejutan (surprises).

Dalam buku Teknik Menulis Skenario Film Cerita, beliau mengatakan bahwa: Rasa Surprise muncul kalau yang terjadi di luar dugaan. Unsur terpenting dalam terbentuknya dampak surprise adalah adanya unsur “duga”. Unsur duga penonton ada yang sudah otomatis ada, sebagai kelaziman, ada yang harus dibentuk dulu. Dalam 007, kita sebagai penonton digiring untuk menuduh si mata darah sebagai master mindnya. Ternyata salah! Lalu kita dikejutkan dengan fakta bahwa teman 007 yang berada di montenegro ternyata juga penjahat, walaupun bukan dia mastermindnya. Tau-tau kita kembali dikejutkan bahwa orang yang sangat dekat dengan 007 ternyata memiliki peran kunci dalam kejahatan ini. Wiih, full of surprises!!

Yang juga saya suka adalah karakter 007 yang lebih manusiawi dan masuk akal. Agen rahasia top ini ditampilkan dengan karakter dingin (tidak humoris dan aristokrat ala British seperti biasanya) sehingga karakter ini bisa lebih masuk akal untuk menjadi pembunuh berdarah dingin ketika menjalankan tugasnya. Kerennya lagi, 007 sekarang ternyata punya “rasa” sehingga bisa jatuh cinta pada seorang wanita (yang biasanya hanya menjadi obyek zinah saja).

Tapi siapa sangka film Pocong 2 juga bisa membuat saya terkejut-kejut dengan plot nya? Biasanya film-film horror Indonesia mudah sekali ditebak gaya menakut-nakutinya. Tapi Pocong 2 cukup kreatif dalam menampilkan kejutan-kejutan dan adegan yang menyeramkan. Walaupun ada beberapa adegan Pocong 2 terilhami dari film Shutter dan The Eye, saya tetap melihat orisinalitas tim kreatif film ini dalam mengangkat ide-idenya. Saya suka banget dengan cara film ini membuat credit title di depan. Adegan orang berkelahi dengan suara gedebak gedebuk, lalu blep! gelap, sepi dengan title judul, lalu adegan gedebak gedebuk lagi, lalu blep! gelap, sepi dengan title sutradara dst. Jadi dari awal sudah meneror penonton. Yang paling seru sih ketika Maya -- sang tokoh utama -- dibuka mata batinnya sehingga bisa melihat alam halus. Penampakannya ditampilkan dengan dahsyat dan dijamin membuat bulu kuduk berdiri. Porsinya juga gak berlebih-lebihan. Ibarat makanan -- kata Bondan Winarno -- pas banget di lidah. Mak nyuuus...

Saya juga sangat kagum dengan Monty Tiwa sebagai penulis skenario dan editornya. Kenapa? Karena Monty juga terlibat dalam penulisan skenario film Denias dan Mendadak Dangdut. Dari tema horor, pendidikan sampai musik, Monty bisa menunjukkan kelasnya sebagai penulis skenario top karena film-film tersebut cukup banyak mendapat pujian kritikus film . Dalam Mendadak Dangdut bahkan Monty juga mencipta lagu dan menulis lirik. Pasti pernah dengar Jablay kan? Ya itu lah salah satu karyanya.

Salut deh untuk Monty,

Salut juga untuk penonton Indonesia,

Maju perfilman Indonesia!

No comments: