Thursday, February 8, 2007

Berguru Pada Allah SWT

Allah SWT adalah Maha Guru yang selalu memberikan pengajaran tiap detik pada mahluk NYA. Ini bukan ayat Qur’an, bukan pula hadits, namun ungkapan hati setelah mengalami kejadian sederhana namun mencerahkan (buat saya).

Hari Sabtu 3 Februari kemarin ketika Jakarta tengah banjir-banjirnya, saya bertukar sms dengan Pak Abdul Hakim (uztadz yang setiap Rabu malam memimpin pengajian kami):

Saya:
Ass Wr Wb Pak, misalkan saya berniat umroh. Tiba2 ada musibah banjir sehingga banyak korban. Lalu saya diberitau tentang kaidah fikih bahwa ibadah sunat yang mendesak (menolong korban banjir) harus didahulukan dibanding ibadah sunat yang bisa ditunda (umroh). Kalau saya tetap pergi umroh tanpa membantu korban banjir, apakah status sunat umroh saya bisa turun menjadi mubah atau makruh?

Uztadz Hakim:
Alaikumsalam Wr Wb. Dalam teologi paling tidak ada 3 istilah untuk dosa:
(1) ’Ihsyan/Maksiyat (rebellion)
(2) Dzanbun (wrong doing)
(3) Tarkul awlaa (failure to choose the best)
Dosa jenis (1) & (2) biasa dilakukan orang awam. Dosa jenis (3) mungkin dilakukan orang shaleh & berilmu. Bagi orang awam dosa jenis (3) ini tidak dianggap suatu dosa tetapi bagi orang berilmu termasuk dosa. Menurut saya umroh tetap bernilai ibadah, tetapi pada saat bersamaan kita melakukan dosa tarkul awlaa yang kadarnya tergantung tingkat keilmuan & kesalehan. Seperti Nabi Adam a.s. memilih memakan buah. Beliau tarkul awlaa. Akibatnya beliau lebih cepat dikeluarkan dari surga. Cepat atau lambat, nabi Adam a.s. harus ke bumi. Tapi dengan tarkul awlaa waktunya menjadi lebih cepat.

Saya:
Maaf Pak ada lagi pertanyaan:
(1) Bagaimana kalau kita memilih menjadi awam saja (tidak ingin menambah ilmu) karena takut terkena dosa tarkul awlaa?
(2) Apa kelebihan orang berilmu dibanding awam di hadapan Allah SWT?
Kalau bisa dijawab lewat sms Alhamdulillah. Kalau tidak, InsyaAllah dibahas Rabu ya Pak?

Uztadz Hakim:
Ass.Wr.Wb. Nah ini topik bagus Pak. InsyaAllah dibahas Rabu. Juga tentang topik-topik terkait seperti kesempurnaan manusia, free will, dosa, ilmu, dan kemaksuman Para Nabi.

Dan saya benar-benar tak sabar menunggu Rabu malam, pasalnya saya sedang menuntaskan buku Fiqh Prioritas karya Yusuf Qorodhowi yang mengupas mengenai prioritas dalam beragama. Dalam buku tersebut tampak benar umat Islam saat ini hampir semua menjalankan agamanya tanpa prioritas yang diajarkan oleh Islam itu sendiri. Topik inilah yang melatar belakangi pertanyaan pada Pak Hakim.

O ya Pak Hakim itu lebih mudah 8 tahun dari saya namun ilmu agamanya luar biasa. Beliau mampu menjelaskan agama dengan bahasa teknologi, logika, maupun sufi. Dengan konteks kekinian maupun jaman Rasulullah SAW. Jamaah pengajian kami yang sudah berjalan sejak 2004 terdiri dari 3 keluarga yaitu: keluarga saya, keluarga Dr. Dondy (seorang dokter spesialis terapi zona meridian), dan keluarga Pak Edris (seorang pemilik pabrik beras di Kerawang). Kadang-kadang ada saja teman-teman lain yang on and off. Namun yang InsyaAllah selalu hadir cuma 3 keluarga tersebut. Pengajian biasa dilakukan di rumah Dr Dondy di Bintaro sehingga beliau bisa sekalian mengobati anggota pengajian.

Hari Rabu pun tiba. Semua pekerjaan Fardhu ’Ain dan Fardhu Kifayah (termasuk yang menyangkut banjir) sudah saya tata supaya tidak mengganggu pengajian Rabu malam itu.

Menjelang sore HP saya berdering. Dari Dr. Dondy.

”Sohib, sorry nih.. saya masih melakukan bakti sosial korban banjir di seputar Bintaro sehingga kayaknya pengajian malam ini ditiadakan dulu. Tolong beritau Pak Hakim ya..” Wah.. saya kecewa berat ketika mendengar kabar itu. Tapi mau gimana lagi?

”Ok Dok.. InsyaAllah saya kabari Pak Hakim..” Beberapa detik saya merenung, sebelum akhirnya memohon ampun pada Allah SWT atas rasa kecewa saya tadi. Kenapa? Karena sesungguhnya Allah tengah memberi tau saya bahwa menolong korban banjir adalah ibadah yang tidak bisa ditunda, sedangkan pengajian adalah ibadah yang bisa ditunda. Subhanallah! Allah langsung memberikan contoh nyata mengenai topik fikih prioritas yang sedang saya baca yang juga berhubungan dengan pertanyaan yang saya ajukan pada Pak Hakim. Sekaligus juga Allah SWT menyelamatkan saya dari dosa tarkul awlaa. Karena bisa saja saya meyakinkan Dr. Dondy untuk tetap mengadakan pengajian sehingga kemungkinannya saya menzolimi fisik Dr. Dondy yang butuh istirahat karena seharian sudah mengurusi korban banjir, atau mengurangi hak korban banjir untuk dibantu karena Dr. Dondy harus pulang lebih awal untuk beristirahat dan mempersiapkan pengajian Rabu malam. Kedua-duanya jelas bukan the best choices dan saya jelas akan terkena dosa tarkul awlaa.

Seketika itu juga saya mengucapkan syukur yang tak putus-putusnya karena Allah SWT berkenan menyapa saya dengan pengajaran sekaligus ampunanNYA.

Ya Allah, berikanlah kemampuan pada hambaMU yang hina ini untuk senantiasa menyerap pengajaran dan hikmah dari MU sehingga dapat menjadi salah satu mahlukMU yang KAU permudah untuk memasuki syurga MU.

2 comments:

Terapi Zona Meridian & Herbal Indonesia said...

Terimakasih atas sharingnya ya pak. Balance antara hablumminallah & hablumminannas memang tdak mudah:)

Anonymous said...

T.kasih kerna sharingnya.